Rabu, 29 Januari 2014

Upaya Pelayanan Kesehatan

1.    Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi


Seorang ibu mempunyai peran besar dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana kesehatan mulai posyandu, poskesdes, puskesmas sampai ke rumah sakit.

  a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
 Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.

Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan masyarakat. Cakupan K1 tahun 2011 sebesar 92,7%

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Cakupan kunjungan ke 4 ibu hamil ( K4) pada tahun 2011 sebesar 83,8% , sedikit menurun dari tahun 2010 sebesar 86,23%. Cakupan tertinggi berada di wilayah Puskesmas Segarau yaitu sebesar 98,9% , sedangkan cakupan ibu hamil terendah berada di wilayah Puskesmas Paloh yaitu sebesar 58,3%.

Cakupan K4 masih belum memenuhi target standar pelayanan minimal sebesar 95%. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan antenatal pada ibu hamil di Kabupaten Sambas.

 b. Pertolongan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.

Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (linakes).Cakupan linakes Pada tahun 2011 sebesar 83,8%, sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 82,53%.akan tetapi pencapaian tersebut belum memenuhi target SPM sebesar 90%.

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2011 tertinggi berada di wilayah Puskesmas Tebas yaitu sebesar 99,7%, sedangkan cakupan terendah berada di wilayah Puskesmas Pimpinan yaitu sebesar 64,1%.

cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Sambas cenderung meningkat. Kondisi tersebut dimungkinkantidak lepas dari keberhasilan pengembangan berbagai program kemitraan bidan dan dukun dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).

 c.  Ibu Hamil Resiko Tinggi / Komplikasi yang Ditangani

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan.

Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb<8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur.

Berdasarkan laporan Bidang Kesga dan Promkes, jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi di Kabupaten Sambas tahun 2011 sebanyak 1.640 orang (20% dari sasaran ibu hamil) dan semua kasus telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.

 d.  Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.
Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.
Pada tahun 2011 jumlah sasaran ibu bersalin di Kabupaten Sambas sebanyak 11.929 orang dan 10.525 orang (88,23%) diantaranya telah mendapat pelayanan nifas sesuai standar. Angka cakupan tersebut meningkat dari tahun 2009, yaitu 70,27%. Cakupan tersebut belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan pelayanan ibu nifas tertinggi dicapai beberapa puskesmas dan cakupan terendah <50% berada di Puskesmas Subah (42,9%).

 e.  Kunjungan Neonatus (KN2)

Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2).

Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar yang meliputi tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi, pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan konseling untuk ibunya tentang perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Cakupan kunjungan neonatus 1 ( KN -1) pada tahun 2011 sebesar 88,7%, sedikit meningkat dari tahun 2010 sebesar 87,49%. namun angka ini belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai beberapa puskesmas sedangkan terendah berada dipuskesmas Selakau Timur 56,2%.
Cakupan kunjungan neonatus 3 kali ( KN lengkap) pada tahun 2011 sebesar 76,23% , mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu sebesar 83,14%. Angka cakupan ini belum mencapai target standar pelayanan minimal sebesar 85%.cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) tahun 2011 tertinggi berada diwilayah puskesmas segarau yaitu sebesar 127,7 % sedangkan cakupan terendah berada di wilayah puskesmas sekura yaitu sebesar 52,3%.
cakupan KN2 selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini bermakna terjadi penurunan kualitas pelayanan pada bayi baru lahir melalui peran aktif tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan neonatus ke rumah ibu nifas.

 f.  Neonatal Resiko tinggi /komplikasi

Pada saat memberi pelayanan kesehatan pada neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang diperiksa dan ditemui tergolong dalam kasus resiko tinggi yang butuh pelayanan rujukan.

Neonatal risti/ komplikasi yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal.
Berdasarkan laporan yang ada jumlah perkiraan neonatal risti di Kabupaten Sambas sebanyak 1.731 orang . Cakupan neonatal risti yang ditangani tertinggi berada di beberapa wilayah Puskesmas sedangkan cakupan terendah di wilayah puskesmas Sentebang yaitu 37,3%.namun semua telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.

2.  Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia Sekolah Dan Remaja


Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah), usia sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan kesehatan pada remaja (SMP dan SMU).

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita/pra sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai standar oleh dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua (2) kali per tahun baik didalam gedung maupun diluar gedung seperti posyandu, taman kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan SMP/SMU.

Cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita pra sekolah, cakupan siswa SD/MI dan cakupan siswa SMP/SMU pada tahun 2011 tidak ada datanya.

Untuk pelayanan kesehatan remaja dilakukan oleh puskesmas PKPR (pelayanan kesehatan peduli remaja) yang berjumlah 5 (lima) puskesmas yaitu Selakau, Pemangkat, Sungai Kelambu, Matang Suri dan Sambas.

Pada tahun 2011, hasil kegiatan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah sebanyak 2.143 orang.

Untuk pelayanan kesehatan anak balita, usia sekolah dan remaja masih jauh dari harapan sesuai target SPM yang harus dicapai.Dengan demikian masih dibutuhkan upaya ekstra untuk melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait guna meningkatkan cakupan. 

 3.  Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi, menurut hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita/ pasangan usia subur (PUS) diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi KB.

Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2011 cakupan peserta KB baru sebesar 11,98% dan KB aktif sebesar 75,60% dari jumlah PUS sebanyak 93.190 orang. Cakupan KB aktif tahun 2011 telah memenuhi target Indonesia Sehat sebesar 70%.
Berdasarkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan, sebanyak 98,89% akseptor KB aktif memilih metode kontrasepsi jangka pendek (non MKJP) dengan pilihan terbanyak adalah metode suntik (63,49%). Sementara yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/MOP dan implant hanya 1,11%.

Kecenderungan yang sama juga terjadi pada peserta KB baru. Peminat metode kontrasepsi jangka pendek sebesar 97,04% dengan pilihan terbanyak juga metode suntik (59,37%), sedangkan yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) hanya 2,96%. Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena faktor biaya yang lebih murah dan cara yang mudah. 

4.  Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 th) dan Usila (>60 th)


Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga perlu diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur lanjut usia.

Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas, Posyandu Lansia maupun di kelompok usia lanjut.

Pada tahun 2011 jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan Prausila dan usila sebanyak 16.843 orang. Hal ini merupakan hasil yang cukup mengembirakan mengingat target nasional pelayanan kesehatan usila sebesar 90%.

Cakupan pelayanan kesehatan bagi warga usila masih perlu ditingkatkan, dengan lebih meningkatkan peran aktif posyandu lansia secara optimal. Selain itu perlu adanya penambahan posyandu lansia, mengingat belum semua desa mempunyai posyandu lansia. Padahal dengan adanya posyandu lansia maka pelayanan kesehatan akan lebih mudah dijangkau oleh para lansia. Dibutuhkan koordinasi dan peran serta masyarakat serta lintas sektor terkait dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan terhadap para lansia.


5. Perbaikan gizi masyarakat


Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui distribusi tablet besi (Fe) pada ibu hamil, distribusi Vitamin A pada balita dan pemberian kapsul yodium pada WUS.

 a.  Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil

Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2011 sebesar 92,67% dan cakupan Fe-3 sebesar 83,84%. Cakupan kedua indikator tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 dan telah memenuhi target Indonesia sehat 2010 sebesar 80%. Cakupan Fe-3 tertinggi dicapai Puskesmas Segarau (98,88%) dan terendah di Puskesmas Paloh (58,24%).
Dengan demikian, target SPM telah tercapai. tetap diperlukan kerja keras Petugas kesehatan untuk selalu melakukan motivasi ibu hamil agar meminum tablet besi tersebut guna mencegah terjadinya anemia ibu hamil.  

 b.  Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita

Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang diperlukan tubuh dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Bila seorang anak yang menderita kekurangan vitamin A terserang campak, diare atau penyakit infeksi lainnya maka penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian, karena infeksi tersebut menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis simpanan vitamin A dalam tubuh. Selain itu kekurangan vitamin A dalam waktu lama dapat mengakibatkan gangguan pada mata bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

Sasaran pemberian kapsul Vitamin A adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita (1-4 tahun) sebanyak 2 kali dalam setahun (Februari dan Agustus) serta ibu nifas satu kali.

Cakupan bayi yang memperoleh vitamin A tahun 2011 sebesar 73,8%. Untuk anak balita yang mendapat vitamin A pada tahun 2011 sebesar 78,5%. Sedangkan cakupan ibu nifas yang menperolah vitamin A sebesar 84,52% .

 c.  Ibu Hamil dengan Kapsul Yodium

Pemberian kapsul yodium kepada ibu hamil dan ibu nifas terutama di daerah endemik gondok sedang dan berat merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY (gangguan akibat kekurangan yodium) yang diberikan setahun sekali dengan maksud mencegah lahirnya bayi kerdil/kretin. Selain itu upaya pencegahan juga dilakukan melalui pemakaian garam beryodium pada masyarakat.

GAKY adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan kurangnya unsur yodium dalam tubuh manusia, ditandai adanya pembesaran kelenjar thyroid yang biasa dikenal masyarakat sebagai penyakit gondok. Penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik antara lain bisu, tuli, kerdil dan mata juling serta keterbelakangan mental.

Kualitas garam yang baik yaitu kualitas garam beryodium yang beredar di masyarakat memenuhi syarat 30-80 ppm. Indikator yang digunakan untuk menentukan suatu desa/kelurahan dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan dengan 21 sampel garam konsumsi yang diperiksa hanya ditemukan minimal satu sampel garam konsumsi dengan kandungan yodium < 30 ppm.  

Cakupan desa/kelurahan dengan kualitas garam baik tahun 2011 sebesar 92,0% dan sudah dapat memenuhi target 90% untuk mewujudkan USI (Universal Salt Iodization). Untuk selanjutnya mempertahankanUSI, dengan selalu melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor untuk memasyarakatkan penggunaan garam beryodium yang memenuhi standar dalam kehidupan sehari-hari.



Minggu, 12 Agustus 2012

Puskesmas yang ada di Probolinggo

Puskesmas Jati

 Puskesmas Jati adalah puskesmas rawat jalan. Puskesmas ini berada di Jl.Hayam Wuruk No.2B Kelurahan Jati - Kecamatan Mayangan.Puskesmas Jati melayani : 
  • Poli Umum
  • Poli Gigi
  • Poli Kesehatan Ibu dan Anak
  • Poli KB dan Imunisasi
  • UGD dan Tindakan
  • Laboraturium
  • Konsultasi Gizi
  • Konsultasi Sanitasi
  • Konsultasi Kespro Remaja
  • Poli Akupuntu
Visi Puskesmas Jati yaitu :
  • Puskesmas Jati mandiri untuk hidup sehat.
Misi Puskesmas Jati yaitu :
  • Mewujudkan masyarakat sehat di wilayah puskesmas Jati
  • Mewujudkan akses masyarakat terhadap pelayanan  kesehatan yang berkualitas dan terjangka
Mottonya yaitu :
  • Memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan anda
JENIS PELAYANAN
  1. Rawat jalan
  2. Pelayanan Kesehatan Penunjang / Puskesmas Pembantu
  • Pustu Wiroborang dengan 5 orang tenaga terdiri dari Bidan, Perawat, dan Administrasi.
  • Pustu Mangunharjo RW 6 dengan 3 orang tenaga terdiri dari Bidan, Perawat, dan Administrasi.
  •  Pos Kesehatan MangunharjoRW 9 dengan 4 orang tenaga yaitu Bidan, Perawat, dan Administrasi
  • Pustu Jagalan dengan 5 orang tenaga terdiri dari Bidan,Perawat, dan Administrasi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat umum, Akses PNS & Jamkesmas / Da.
     3.  Pelayanan Administrasi
  • Loket Pendaftaran Umum dan Akses (Lantai 1)
  • Ruang Informasi dan Tata Usaha (Lantai II)
  • Ruang PengaduanMasyarakat Publik (Lantai II)
Waktu Pelayanan
Puskesmas Induk : Loket Pendaftaran : 07.30 -12.00, Pelayanan : 08.00 - 13.00
Pustu dan Pos Kesehatan : 08.00 - 12.00


Puskesmas Kanigaran



Puskesmas Kanigaran merupakan salah satu Unit Pelaksana TeknisDinas pada Dinas Kesehatan Kota Probolinggo,mempunyai tugas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Kecamatan Kanigaran.Puskesmas Kanigaran berada di Kelurahan Kanigaran Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo. Puskesmas ini merupakan puskesmas rawat jalan.Buka mulai jam 07.30-14.30.
 

A. SISTEM DAN PROSEDUR PELAYANAN
 

1. JENIS PELAYANAN
Jenis pelayanan yang tersedia dalam Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas kanigaran meliputi;
 

PELAYANAN RAWAT JALAN
  1. Loket Pendaftaran
  2. Balai Pengobatan Umum
  3. Balai Pengobatan Gigi
  4. Balai Pengobatan Ibu dan Anak
  5. Ruang Obat
  6. Laboratorium
  7. Klinik Gizi
  8. Klinik Sanitasi
  9. Klinik Fisioterapi

PELAYANAN RUJUKAN

PELAYANAN ADMINISTRASI

  1. Pusat Informasi dan Pengaduan
  2. Billing System

2 PROSEDUR PELAYANAN
  1. SYARAT PELAYANAN
  • Umum = Pasien baru membawa kartu pengenal Pasien lama membawa kartu berobat
  • Askes = Membawa kartu askes
  • Siswa = Membawa kartu UKS dan atau buku rujukan dari sekolah
  • Tidakmampu = Membawa kartu Jamkesmas/Jamkesmasda/Surat Pernyataaan Miskin

Menurut Dokter di situ untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme karyawan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 

  • Petugas Tata Usaha mengumpulkan atau mengidentifikasi data pelatihan semua karyawan
  • Petugas Tata Usaha menyerahkan identifikasi data pelatihan kepada koordinator unit
  • Koordinator Unit menganalisa kebutuhan pelatihan guna meningkatkan kinerja di unitnya masing-masing
  • Koordinator unit melaporkan hasil analisa kebutuhan pelatihan di unitnya kepada TU
  • TU mendiskusikan hasil analisa kebutuhan pelatihan dengan Kepala Puskesmas
  • TU mengusulkan pelatihan petugas kepada kepala Puskesmas, bila diperlukan Kepala Puskesmas menindaklanjuti usulan tersebut,( bisa diusulkan ke Dinas Kesehatan tingkat II, dilatih sendiri, mengikutkan petugas ke seminar/ workshop yang sesuai)

Puskesmas Kedopok

Puskesmas kedopok adalah puskesmas dimana terdapat berbagai banyak pelayanan diantaranya :

1. Pelayanan Loket

2. Pelayanan Poli Umum

3. Pelayanan KIA/KB

4. Pelayanan UGD

5. Pelayanan Poli Gigi

6. Pelayanan Laboratorium

7. Pelayanan Konsultasi Gizi

8. Pelayanan Konsultasi Sanitasi

9. Pelayanan Kamar Obat

10. Pelayanan Poli Lansia

pasien mendaftar di loket kemudian menuju tempat pelayanan sesuai dengan kondisi kesehatan pasien,kemudian pasien mendapatkan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan serta tindakan,bila diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium maka pasien dirujuk ke laboratorium oleh dokter pemeriksa.setelah pemeriksaan maka dokter memberikan resep obat yang bisa diambil di kamar obat,pasien dengan kondisi baik dapat dipulangkan tetap jika kondisi memburuk pasien dirujuk ke rumah sakit

Apabila terjadi ketidaksesuaian layanan dan janji layanan maka puskesmas akan memberikan kompensasi berupa:

• Permohonan maaf dari petugas pelayanan

• Upaya perbaikan pelayanan

• Mendapatkan prioritas pelayanan(didahulukan)bila janji waktu pelayanan >30 menit

• Mendapatkan souvenir cantik apabila waktu pelayanan > 30 menit

• Mendapatkan minuman gratis apabila perlakuan petugas pelayanan tidak sesuai dengan standart etika pelayanan.

Sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan masing-masing unit pelayanan untuk pelaksanaan pelayanan.



Puskesmas Wonoasih

Puskesmas Wonoasih merupakan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar) yang telah menyiapkan fasilitas baik tenaga, sarana dan peralatan yang memadai. Puskesmas yang terletak di Jalan Anggur No. 70 Kelurahan Wonoasih Kecamatan Wonoasih ini memang khusus melayani kesehatan ibu dan anak, walaupun pelayanan kesehatan yang lain tetap dilakukan.

Pelayanan yang terbaru ada di Puskesmas Wonoasih adalah fisioteraphy pada pijat bayi. Fisioteraphy adalah metode pemijatan yang dilakukan pada bayi yang bertujuan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan pada bayi.

“Dulu kesannya membuat orang sakit jadi males berobat, jadi sekarang kami ubah warna dan menjadikannya asri agar pasien merasa nyaman berobat kesini terutama ibu dan anak. Halaman belakang disulap menjadi taman-taman dan arena bermain untuk pasien anak-anak,”terang Dr. Imamatus, Kepala Puskesmas Wonoasih ramah saat ditemui disela-sela kesibukannya.

Untuk pijat bayi ini, kata Imamatus, sangat diminati masyarakat, bukan hanya dari wilayah Wonoasih saja tapi sampai wilayah Ketapang dan Sukabumi. Selain itu, di Puskesmas Wonoasih juga mempunyai dokter spesialis kandungan yang siap siaga bila dibutuhkan.


Puskesmas Ketapang



Partisipasi Pemerintah Kota Probolinggo dalam menangani warga Kota Probolinggo di bidang kesehatan sangat serius sekali, hal ini dibuktikan dengan dibangun ulang gedung PUSKESMAS KETAPANG yang lumayan besar dibandingkan dengan PUSKESMAS di kelurahan yang lainnya, disamping lebih besar Puskesmas Ketapang ini dilengkapi dengan ruang UGD yang sangat bermanfaat bagi warga yang membutuhkan pengobatan dan perawatan darurat.

Model gedung yang dibangun lumayan megah dan didesain modern untuk berobat sehingga memberikan kenyamanan bagi warga yang berobat, namun hingga saat ini Puskesmas Ketapang tersebut yang 90 % sudah jadi masih belum ditempati.

Hal ini memang membuat suatu kepercayaan warga terhadap Pemerintah Kota Probolinggo dalam upaya peningkatan mutu kesehatan warga Kota Probolinggo sehingga dapat membantu warga untuk berobat. Maka dari itu kita harus mendukung semua langkah Pemerintah dalam memajukan Kota Probolinggo di segala aspekmanapun terutama aspek Kesehatan.

Jumat, 20 April 2012

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat

Puskesmas Kedopok
Walikota Probolinggo, Buchori, SH meminta kepada jajaran Dinas Kesehatan dan Puskesmas di daerah ini untuk terus meningkatkan palayan kepada masyarakat.  Pelayanan kesehatan ini menjadi perhatian pemerintah, guna mengurangi tingkat penyakit yang dialami mayarakat, terutama di desa-desa dan kecamatan.

Puskesmas menjadi ujung tombak pelayan kesehatan, sehingga diperlukan tenaga yang memadia.  Selain itu fasilitas serta sarana dan prasarana seperti kendaraan ambulance yang bisa membantu pelayanan kesehatan mayarakat secara keliling, bisa lebih dimaksimalkan dalam melayani mayarakat.

Dikatakan, pengelolaan Puskesmas harus dilakukan denga baik dan komprehensif.  Pemerintah akan menjalin kerjsama dengan berbagai pihak dan swasta untuk melakukan pengikatan kualitas sumber daya manusia bidang kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan bisa terus ditingkatkan di masa mendatang.

Senin, 09 April 2012

Profil Dinas Kesehatan Kota Probolinggo

Dalam kedudukan sebagai unsur Pemerintah  di bidang kesehatan serta dengan memperhatikan tuntutan kinerja dan kualitas aparatur yang diharapkan dalam memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang mengacu kepada  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan sesuai Peraturan Presiden No. 7  tahun 2005 yang mempertimbangkan perkembangan masalah serta kecenderungan Pembangunan Kesehatan ke depan, maka Departemen Kesehatan menetapkan Visi barunya yaitu " Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat"  dengan Misinya " Membuat Rakyat Sehat ".
 
1.   V I S I
Berdasarkan hal tersebut Visi Dinas Kesehatan Kota Probolinggo diharapkan mampu memainkan peran yang menentukan dalam dinamika perubahan strategis sehingga dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.
Visi yang dimaksudkan adalah cara pandang jauh kedepan yang didalamnya mencerminkan apa yang ingin dicapai dan kemana struktur organisasi diarahkan sehingga pada gilirannya dengan visi yang tepat Dinas Kesehatan Kota Probolinggo akan menjadi akselerator bagi pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.
Untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tersebut maka visi Dinas Kesehatan Kota Probolinggo dirumuskan sebagai berikut :
" Masyarakat  Kota  Probolinggo  Mandiri
Untuk  Hidup Sehat  "
Masyarakat Kota Probolinggo yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Guna mewujudkan visi yang telah ditetapkan tadi maka Dinas Kesehatan Kota Probolinggo perlu menetapkan misinya secara jelas sebagai satu pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi juga dinyatakan mampu membawa organisasi pada suatu fokus yang dapat memberikan penjelasan tentang keberadaan organisasi, kegiatan apa yang dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya. Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan umum organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah ditetapkan.

Sasuke's mangekyō sharingan